kota mati yang kumasuki
adalah jam satu pagi
di mana sunyi
berkelebat dari suar
pabrik-pabrik penuh
buruh
di mana sunyi
dikukukkan burung hantu
kau mengatakan sendiri
dirimu
tanpa dialog dalam
tubuhku
dan lampu-lampu meretih
di pucuk tiang-tiang
karat
dan laron-laron ekstase
dalam cahaya-cahaya
larat
di tengah ketersesatan
takkan ada tuhan
hanya ada ketakutan
dan pertanyaan
aku letakkan
pada pundak gelap Waktu
tak bisa apa-apa
takkan bisa
kecuali aku penyair tua
yang tobat dan ikut
parade
dungu hari-hari omong
kosong
dan membaca puisi
jelekku
di sudut taman buat
direkam
supaya abadi
agar aku tak sinting
lagi
membunuh kincir angin
yang diam tak peduli.